IBUMERTUA YANG KEPERGOK SEDANG MASTURBASI. Gw Bram (nama samaran) pria yg sudah beristri, umur gw 35 th sedang istri 28 th… gw berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri, letak rumah ibu mertua gw gak jauh dari rumah gw, sekitar 3 km an kurang lebih … tiap hari sabtu gw dan istri selalu bersilahturahmi dengan ibu mertua gw, secara
Cerita Ngentot – Kumpulan cerita sex dewasa nikmatnya memek ibu mertua yang serasa ngentot memeknya abg. Cerita dewasa kisah nyata perselingkuhan antara menantu dengan ibu mertua yang berujung sama-sama suka dan saling ngentot tiap malam. Bagaimanakah keseruan kisah mertua yang di entot sama menantunya sendiri ini? simak saja kisah nyatanya di bawah ini yang dirangkum dan di ambil dari beberapa situs dewasa. Kisah ini bermula ketika umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan. Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing. Cerita Ngentot Memek Ibu Mertua – Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu. Aku biasa mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu. Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan. Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain. Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku. “Kamu mandi aja deh sana, Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi “Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu “Udah.. Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi. Karena disitu juga ada air keran. “Yah.. udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi. Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku. Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret.. celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Jreng..! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku. Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang. “Eh.. Her.. ini apa-apaan.. Her” hardik Ibu mertuaku. “Bu.. tolongin saya dong, Bu” rayuku “Ih.. apaan sih..?!” Katanya lagi “Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu” bujukku lagi “Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku “Bu.. tolong, Bu.. please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi. Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor. Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah. “Dikamar aja yuk, Bu” bisikku Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku. Tapi aku belum mau memulai semua itu. “Tenang aja dulu, Bu. Rileks aja, Ok?” Kataku. Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya. “Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh” Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku. Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya. Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini. “Enak kan, Bu..?” Kataku “Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?” Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya. “Enggak, Bu.. enak koq.. gimana enak gak?” “Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt” jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah. “Itu baru awalnya, Bu” Kataku. Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang. Cerita Ngentot Memek Ibu Mertua 1 “Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt” suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan. Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang penisku dan meremas-remasnya. “Auw.. diapain, Bu..?” Tanyaku “Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku. Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama. “Guedhe.. juga.. punya kamu, Her” Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang penisku. “Iya dong, Bu” Kataku. Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya. Tak lama kemudian.. “Egh.. pelan-pelan.. yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan kencang. “Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya. “Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq” Kataku sambil perlahan-lahan mendorong penisku masuk ke liang vaginanya. “Ih.. punya kamu guedhe banget, sayang.. ini sih.. gak normal”Katanya “Kan tadi udah diurut, Bu” Kataku. Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm. Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang vagina Ibu mertuaku. “Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru. Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut. “Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!” Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya. “Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual. Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku.. “Eh.. Ibu yang di atas deh” Kataku. “Kenapa, sayang.. kamu capek.. yah..?” Tanyanya. “Gak” jawabku singkat. “Mo keluar yah.. hi.. hi.. hi..?” Godanya sambil mencubit pantatku. “Gak.. ih.. aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar. “Awas.. yah.. kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku. “Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya “Auw.. hi.. hi.. hi” Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny. Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum. Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista. “Egh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. ough.. egh.. hmf” desah Ibu mertuaku. “Gila, Bu.. enak banget..!” “Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi. “Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan. “Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe” Kata Ibu mertuaku. “Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh” Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku. “Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk keluar juga. “Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya. Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat semua air maniku diliang vagina Ibu mertuaku. “Bu, kerasa nggak air mani saya muncratnya..?” Tanyaku “Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu mertuaku “Iya.. sekarang kqn udah, Bu” Kataku sambil mengecup keningnya “Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku. “Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya “Ih.. bisa aja.. kamu” sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku. Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi. Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang. TAMAT lihat juga sebelumnya ada kisah seks bergambar menarik yang tak kalah serunya untuk dibaca Senyuman Manja Membuatku Terangsang
Pernahmelintas pikiran buruk untuk merayu ibu mertuaku. Usia ibu mertuaku sudah 53 tahun dan telah menjanda sejak kematian suaminya tiga tahun lalu. Pikiran ngeres itu muncul setelah aku sempat memergokinya mengenakan pakaian yang sangat minim. Suatu hari ia sedang mandi. Tiba-tiba dari arah dapur tercium bau gosong nasi yang sedang ditanak.
Cerita Dewasa Mesum Dengan Ibu Mertua - Ini menceritakan perselingkuhan antara seorang suami dengan ibu mertuanya ketika isterinya sedang pergi ke luar kota. Mereka berdua menikmati hubungan seks terlarang ini. Seakan melepaskan nafsu birahinya, anak menantu dan ibu mertua ini mencapai kenikmatan seks yang mereka dambakan dan pendam selama ini. Selengkapnya, simak ceritanya berikut ini! Bapak mertuaku Pak Tom, samaran yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun,Cerita Dewasa Mesum Dengan Ibu Mertua tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas. Ibu mertuaku Bu Mar, samaran walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya. Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku anak tunggal mertuaku dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya. Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…namaku.., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti. Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya. Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti. “Lho…, Mur nama istriku, kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya. “Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja. Tidak lama setelah istriku pergi,Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu. Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”.Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”. Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..? “Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya. “Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”. Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata,“Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan. Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..? “Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya. “Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar. “Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu. “aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan. “Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagianCD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya. “Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…,ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras. “Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”. “Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba. Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “17 pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada. “Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku. “Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…,selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku. Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi. “Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin. “Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..? “Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku. “Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku. “Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan. Cerita Dewasa Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya. “Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping. Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambilmemegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku. Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya,Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.ulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.

Ceritapanas 48 Dewasa berisikan materi-materi untuk dewasa atau menceritakan adegan seksual tanpa sensor, hanya kami tujukan bagi kalangan dewasa berusia 17 tahun keatas Tubunya yang atletis itu ia biarkan terbuka dan tersiram oleh dinginnya AC Pak Sarno (sebut saja begitu), semula hidup sederhana bersama keluarga Cerita Sex Ibu Mertua Polos

Cerita 69 - Kepulan asap dari sebatang rokok ketengan menemani lamunanku siang itu, Deru kendaraan lalu lalang di antara alunan lagu dangdut dari TV pemilik warteg di mana aku menumpang duduk sambil ngopi tak mampu menggugah pikiranku yang melayang entah kemana. “Ngelamun aja lo, kangen bini ya?’’, tegur Bejo, rekan sesama tukang ojek tempat kami bersama mangkal. Aku hanya membalas dengan senyuman. “ Bu…kopi satu,’’ ujarnya kepada pemilik warung. “Catur , Den?” ujarnya.”halah…bosen, dari pagi main sama si Ujang, entar situ kalah lagi”, Bejo hanya nyengir mendengar jawabanku. Siang ini memang pikiranku tengah galau, mengenang peristiwa tadi malam dan pagi hari tinggal menumpang mertua di sebuah rumah sederhana di kampung perbatasan jakarta. Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Isteriku terpaksa menjadi TKI di Arab Saudi untuk memperbaiki kreditan yang aku pakai untuk mengojek ini juga hasil jerih mertua juga sama saja, ayah isteriku adalah tukang bangunan yang lebih sering keliling dari satu proyek ke proyek lain daripada dirumahnya sendiri, kadang berbulan-bulan tidak demikian aku memanggilnya, dulu sangat keras menolak pernikahan kami, ya wajar, sudah susah kok dapat mantu yang juga susah. Sementara ibu mertua kebalikannya, ia sosok ibu yang lembut dan baik hati. Mau bagaimana lagi kalau memang sudah jodohnya. Dulu aku sempat bekerja di pabrik sebelum akhirnya bangkrut dan aku kena PHK. Pernikahan kami menghasilkan seorang anak usia 2,5 tahun yang kini diasuh neneknya, ibu itu hujan sangat deras menghujam bumi. Aku tengah lesehan di atas tikar lusuh menonton TV ketika tiba-tiba ibu mertua tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya menuju kamar mandi , lalu terdengar suara seperti orang muntah. Aku menyusulnya,’’ada apa Bu? Masuk angin?, ia mengangguk lemah. “Saya panggilkan Teh Nining sebelah ya bu? Tawarku. “Gak usah, den, gak enak udah malam begini…mana hujan lagi”, jawabnya. “kalau gitu saya bikinin teh panas ya bu, saya juga masih punya obat neh”, ibu mengangguk lalu berjaan menuju kamarnya. Setelah mengantarkan teh dan obat flu, kembali aku berbaring di ruang tamu sederhana itu sampai akhirnya aku dinding kusam itu menunjukan pukul malam ketika aku mendadak terbangun karena kembali ibu muntah-muntah di kamar mandi. Dengan segera aku menyusulnya,’’Ibu muntah lagi?”, tanyaku…ia mengangguk lemah dan berkata ’, Ibu kalau belum dikeroki biasanya belum mempan, tapi mau bagaimana lagi,’’ jawabnya pasrah. Entah muncul ide darimana,’’ ya udah, biar saya yang ngeroki bu, ibu tunggu aja di kamar’’, jawabku dan ibu sepertinya tidak menolak kecuali ia menginginkan muntah-muntah lagi. Aku bergegas menuju dapur, mencari piring kecil alas gelas dan menumpahkan sedikit minyak goreng, tinggal 1 koin seratusan lama yang kebetulan aku masih menyimpan beberapa. Agak sedikit kaget setibanya aku di kamar, mendapati ibu telah berganti pakaian yang semula daster panjang kini kain kemben batik yang warnanya telah lusuh. Namun bukan itu yang membuat aku menelan ludah, tapi kemben sebatas dada itu telah menampakan bahu ibu yang ternyata kuning bersih, ditambah ketatnya kain itu menampakan lekak lekuk tubuhnya yang masih menampakan keindahan di usianya yang 45 tahun itu. Namun pikiran kotor segera kusingkirkan, bagaimanapun ia adalah orang tua isteriku yang harus aku mengeroki punggungnya dalam posisi ibu duduk membelakangiku di atas ranjang tua di mana anakku juga tengah tertidur di atasnya. Selesai,di bagian pangkal leher dan bahunya, kini gilirang punggung bagian tengah,”maaf bu, kainnya bisa diturunkan sedikit?’, pintaku karena kain kemben itu menghalangi. Ibu mengangguk pelan dan membuka ikatan kain tersebut namun karena kurang hati-hati kain itu melorot hingga pantatnya yang dibungkus celana dalam putih lusuh, dan yang membuat sesuatu di balik celanaku tak bisa diajak kompromi adalah karena sekilas sisi payudaranya terlihat. Ibu segera membenahinya dan mendekap sarung batik itu didadanya, dan aku seolah-olah tak melihat pemandangan indah itu kembali melanjutkan kerokan ku. Peluh mulai bercucuran di dahi ku, bukan hanya karena mengeluarkan tenaga tetapi juga menahan hasrat yang terpendam, setelah setahun berlalu tanpa sentuhan isteriku. Paling maksimal aku hanya bisa melakukan masturbasi untuk sekedar pelampiasan. “Ibu kalau capek, baring aja”, pintaku dan ibu menuruti dengan berbaring tengkurap sehingga aku bisa melanjutkan mengeroki punggung mulusnya itu, yang tampak berkilauan terkena sinar redup lampu kamar, belang-belang merah bekas kerokan tak bisa menghilangkan keindahannya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Aku terus bekerja sampai kemudian kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya, ibu tertidur. Dan entah kenapa aku tak serta merta menghentikan kerokan, seolah-olah ingin lebih lama menikmati pemandangan sensual tubuhnya. Khawatir ibu terbangun tiba-tiba, kini aku hanya memijat-mijat pelan pinggangnya…terus ke bawah hingga tumpukan daging kenyal pantatnya yang membusung tanganku gemetar, namun menyadari ibu seolah-olah kian tenggelam di alam mimpi, aku makin memberanikan diri. Entah setan mana yang mengendalikanku, usai berlama-lama menjamah pantatnya, kini kucoba pelorotkan sarungnya ke bawah. Mataku nanar menyaksikan bayangan belahan pantatnya dibalik celana dalam lusuh yang menipis akibat keseringan di cuci itu, mana berlubang di sana-sini menampakan kulit di belakangnya, desakan batang kontolku kian mendesak celana pendek yang kupakai, menciptakan semacam tenda kecil di antara selakanganku. Dengan tangan gemetar ku pelorotkan celana dalam ibu secara perlahan, hubungan mertua-menantu ke depan dipertaruhkan dalam aksi nekat itu. Gerakanku terhenti ketika tepi paling atasnya tiba di pangkal paha ibu mertua yang agak merapat itu. Tentu saja bentuk pantat bahenol itu, bayangan hitam lubang anusnya dan tumpukan rambut hitam di bawahnya membuat aku kehilangan kontrol. Ku oleskan sebagian minyak goreng itu di atas pantat ibu, sambil meremas-remasnya, dan kini berkilauan sebagaimana punggung ibu jantung berdegup, ku turunkan celana pendekku, lalu merangkap di atas tubuh tengkurap ibu yang sangat nyenyak tertidur, namun kuupayakan tidak menindihnya. Ku selipkan batang kemaluanku yang sedari tadi sangat mengeras di antara belahan pantat ibu, lalu mulai menggosok-gosokannya pelan, sehati-hati mungkin agar ia tak terbangun. Tapi sensasi yang kurasakan sangat luar biasa, anda akan paham jika lama tak merasakan kenikmatan tubuh wanita. Mataku menyaksikan wajah ibu yang damai dalam tidurnya, ia cukup manis walau mungkin jarang tersentuh make up, ingin rasanya kuciumi pipinya tapi tentu beresiko. Dan tak menunggu lama ketika aku mengejang lalu semburan demi semburan sperma hangat ..dan sangat banyak, hingga di pantat, punggung, bahkan leher ibu. Lama aku mematung hingga denyutan-denyutan orgasmeku hilang dan kemaluanku mulai mengerut. Baru kemudian aku beranjak….kepanikan kecil melandaku melihat lelehan benihku di atas tubuh ibu. Ku lepaskan kaus kumal yang kupakai, dan kugunakan sebagai lap menghilangkan jejak-jejak tindakan mesum yang kulakukan malam itu. Dengan terburu-buru kurapikan kain kemben ibu, dan bergegas keluar kamar. Usai dari kamar mandi kembali kubaringkan tubuh,’’ apa yang kau lakukan”, pikirku…namun akhirnya terlelap juga….dengan rasa biasa, pukul setengah enam pagi aku terbangun, usai sekedarnya membersihkan rumah, ku sempatkan mengintip kamar ibu. Ia masih tertidur, kain kembennya sudah terikat di dada, namun agak tersingkap di bagian paha, membuat aku kembali menelan ludah. Di sebelahnya, anakku telah terbangun, tengah asyik memainkan mobilannya sambil berbaring. Aku kemudian mandi, sedikit tertegun melihat kaus kumal tadi malam, lalu aku mencucinya.“Bu…ibu,”, panggilku mencoba membangunkannya sambil sedikit menepuk pundaknya. Matanya mulai membuka. “Sudah jam setengah delapan bu, ibu sudah enakan?”..ia mengangguk pelan,’’ tapi masih lemas Den, linu-linunya belum ilang, Ari mana?’’ tanya Ibu.”Sedang main di luar bu, sudah saya mandikan dan kasih sarapan, tadi saya belikan bubur ayam di depan, ibu sarapan ya?’’, jawabku sambil menawarkan bubur ayam. Ibu bangkit perlahan dan duduk di tepi ranjang, semangkuk bubur dan segelas teh kuletakan di atas meja kecil di dekat ranjang. Aku meninggalkannya. Dan tak lama kemudian kembali aku memasuki kamarnya dan menyerahkan obat,” lho..kok gak habis bu?”, tanyaku melhat bubur itu masih separuh tersisa.”Masih pahit Den’’, jawabnya. “Ya udah, ibu minum obat …air panas udah saya siapkan di kamr mandi”, ibu lalu meminum obat dengan perlahan…,”ibu masih pegal Den, mau istirahat lagi, ntar aja deh mandinya”, jawabnya. “ehmm…kalau gitu saya kompres aja ya bu”, tawarku…”gak usah repot…”, belum usai kalimatnya aku sudah setengah berlari ke dapur, mengambil handuk kecil dan baskom kecil lalu menuangkan air hangat ke sudah terbaring di kamar ketika aku masuk. Aku mengambil kursi kayu lalu duduk disampingnya, meremas handuk dan mulai secara lembut mengusap wajahnya. “Ibu jadi gak enak nih Den, jadi ngerepotin kamu”, katanya. “ah…ibu kan sudah seperti ibu saya sendiri”, jawabku sambil terus melapi leher, pundak hingga dada atasnya. Lalu kedua lengannya hingga ketiaknya yang putih dan sedikit ditumbuhi bulu itu, membuat senjata biologisku mulai berulah. “Ibu bisa tengkurap sebentar?”, pintaku pada ibu. Namun ibu justeru duduk membelakangiku untuk mempermudah melapi pungunggnya. Usai belakang leher hingga bahu sampai batas kain ,’’bisa turunin dikit kainnya bu?’’, tanpa berkata-kata ibu melepaskan ikatan sarungnya, dan kembali kunikmati punggung yang kini berbelang merah sampai batas pinggang itu, dengan lembut ku usap seluruh permukaan kulitnya dengan handuk basah hangat tadi, dan butiran keringat mulai muncul dari pori-pori kulitnya. Aku hanya bisa nyengir menyaksikan beberapa bercak sperma kering yang mengerak di kulit punggung ibu dan segera ku ibu tampak teratur, kali ini sasaranku bawah ketiak dan sisi samping tubuh ibu. Kulihat kulitnya bulu-bulu kuduknya keluar. Semakin sulit aku mengatur nafas manakal ujung jari ku menyentuh sisi payudaranya. Dan seperti sengaja, aku berlama-lama mengusapkan handuk itu di situ…”Den..”,teguran ibu menyadarkanku. Namun karena ia tak menyuruhku berhenti, aku lalu memindahkan usapan tanganku ke bagian depan tubuh ibu, yaitu perutnya yang masih tertutup sarung. Dan ibu tidak protes. Mula-mula bagian tengah, lalu bagian atas…kucoba terus mendesak ke atas dengan maksud menyentuh bagian bawah payudaranya, namun terhalang tangan ibu yang masih mendekap sarung itu di dada. Lalu kembali ke tengah perutnya..dan bawah…terus ke bawah pusarnya, sehingga sebagian jari ku tak sengaja menyelip di bagian atas celana dalamnya. Tangan ibu jatuh ke bawah mencoba mencegah aksiku lebih lanjut, namun munkin karena panik membuat payudaranya tersingkap, dan tak membuang waktu masih dengan handuk basah di tangan, ku usap-usap perhiasan alami kaum wanita itu, “Den..” seru ibu dengan suara nyaris berbisik…”ssshhh, tenang Bu” desisku menenangkan ibu yang kini nafasnya mulai tersendat-sendat. Aku belum melakukan tindakan lebih jauh kecuali melap dengan penuh kelembutan gunung kembar yang bahkan lebih besar dari punya isteriku itu, namun degupan jantung dan deru nafasku yang kian memacu sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya gairah yang ditimbulkan tubuh ibu kandung isteriku tidak tahu bagaimana perasaan ibu, yang aku tangkap hanya kuduknya yang merinding, lalu tubuhnya yang agak gemetar dan deru nafasnya yang mulai tak beraturan. Aku hanya bertindak mengikuti naluri…naluri seorang pria yang sekian lama tak merasakan kehangatan tubuh wanita. Ibu memegang kedua pergelangan tanganku, ada sedikit upaya menarik tanganku dari permukaan dadanya, namun aku sudah kehilangan kendali…handuk basah itu jatuh di pangkuannya, dan kini telapak dan jari jemariku mulai meremas-remas gundukan daging kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Mulutku mengecup belakang leher dan pundak ibu. “Den….jangan”, ujarnya lirih…ketika satu tanganku mencoba masuk menyelusup celana dalamnya, ia memegang pergelangan tanganku yang sayangnya sudah berada di atas gundukan bulu-bulu hitam lebat di bawah pusarnya. Dan pertahanan moralku pun roboh, ku rebahkan tubuh ibu dan mulai menindihnya, ia melawannya dengan mencoba mendorong tubuhku, namun tentu saja apalah arti tenaga wanita separuh baya dibanding pemuda yang tengah terbakar nafsu.”Den…jangan, aku ini ibu mu…ibu mertua mu..mmmff”..ucapannya terhenti ketika kusumpal paksa mulutnya dengan mulutku…”mmmf…Den..mmmhh”, tangannya terus meronta namun kutangkap dan kurentangkan ke atas…membuatku tergoda untuk menciumi ketiaknya…” Den…apa kata orang nanti…ini gak bener..Den…ouhhf”, kembali kulumat bibirnya dan pergelangan tangannya ku tahan dengan satu tangan karena sebelah tanganku sibuk berupaya melepaskan celana yang kupakai. Ibu mulai menangis terisak, dan tubuhnya menggeliat-geliat melakukan perlawanan namun justeru menciptakan pemandangan sensual yang kian menggoda. Dan matanya membelalak dan kian panik ketika dengan paksa kurenggut celana dalamnya..”preekkk”, dan ia melakukan perlawanan terakhir dengan merapatkan kakinya, tetapi terlambat…satu lututku telah berada di antaranya, dengan paksa kulebarkan kakinya…batang kontolku sudah berada di antara dua pahanya..mencari-cari sebentar dan..kurasakan tumpukan bulu-bulu di ujung kepala jamur kelaminku itu…dan akhirnya menemukan sasarannya…celah di antara perbukitan rumput hitam itu, yang ternyata…telah basah. Sehingga dengan sedikit mudah benda tumpul itu mulai mendesak masuk….dan rasanya bahkan lebih sempit dari rongga vagina isteriku….apakah karena ibu juga jarang disentuh bapak mertua? Wajah ibu hanya meringis pasrah, air matanya mengalir menemani isakan dari mulutnya.”maafkan aku, bu…aku sayang ibu, aku butuh ibu, ibu juga kan?”, ujarku dengan mesra di depan wajah ibu sambil berusaha mengayun-ayunkan pinggulku. Ibu hanya terisak dan menggigit jarinya, dengan liar aku mulai memompa tubuhnya…oh luar biasa nikmatnya. Mula-mula perlahan sampai makin cepat dan ganas menyebabkan tubuh ibu dan payudaranya berguncang-guncang, sangat sayang jika disia-siakan, maka segera kutangkap gunung kembar yang tengah diguncang gempa itu, dan kugigit ringan dua pucuknya bergantian, membuat ibu kian itu suasana sejuk berubah menjadi panas, tubuhku dan tubuh ibu mulai dibanjiri keringat. Kamar dengan cat mengelupas di sana sini itu seolah-olah berubah menjadi kamar pengantin yang indah, diiringi deritan ranjang tua yang bergerak dan suara kecipak dua kelamin beradu. Ku tarik tangan ibu dari mulutnya, ku lumat bibirnya yang memerah itu..”ouuhh..Den..mmmmf”, lenguhnya membuat aku kian brutal mengobrak-abrik liang senggamanya, liang yang telah menghadirkan istriku 25 tahun lalu itu. Ibu setengah menjerit ketika tiba-tiba dua kakinya dirangkulkan erat-erat di atas pinggangku dan kedua tangannya memeluk ketat diriku…ia telah mengalami orgasme, menyadari hal itu menimbulkan sensasi tersendiri hingga tak menunggu lama aku tak bisa lagi menahan ejakulasi ku, semprotan demi semprotan benih terlarang bagai air bah menerjang setiap sudut gua kenikmatan ibu mertuaku itu. Aku rebah di atas tubuh telanjang ibu, mencoba mengatur nafas, dan ibu mengusap-usap punggungku dan mengeramasi rambutku. Sampai akhirnya aku bangkit meninggalkan tubuh ibu dan mencabut kelaminku dari jepitan vaginanya. Dengan segera cairan putih kental mengalir keluar dari celah bibir kemaluannya, menciptakan danau kecil di atas sprei lusuh. Segera kusambar handuk basah tadi, ku basuhkan ke permukaan memek ibu dan sprei, lalu kuusapkan pula ke sekujur batang kontolku. Kemudian menyusul berbaring di sisi ibu menerawang ke langit-langit kamar tanpa plafon itu. Aku menatap wajahnya yang masih basah bekas sisa keringat dan air mata. Dadanya naik turun membawa serta dua gunung indah di atasnya, membuatku tergoda untuk menjamahnya. Ibu tidak protes…”Den…kenapa kamu lakukan itu, ini gak bener Den, ini dosa, apa kata tetangga nanti? Apa kata bapakmu? Apa kata Asih? Ujarnya lirih. “Ma’afkan saya bu…saya khilaf, saya lelaki normal bu, berpisah setahun dari Asih itu sangat berat buat saya bu..tapi mau bagaimana lagi? Saya pasrah…seandainya ibu mau mengusir saya silahkan, saya titip Ari aja bu”, jawabku. Ibu kembali menangis dan berujar..”ibu gak akan ngusir kamu Den…kamu telah baik selama ini membantu ibu, ini salah ibu juga, ibu minta ini jadi rahasia kita berdua Den”, “saya akan jaga rahasia ini Bu”, jawabku pelan sambil berupaya memeluknya, kali ini ibu dengan pasrah meringkuk dipelukanku dan menumpahkan tangisan di dadaku sampai akhirnya mereda, dan entah siapa yang mendahului kembali bibir kami saling mulai meremas-remas payudara montok milik ibu, sementara ibu dengan malu-malu mengusap-usap batang penisku yang kembali siap tempur. Pertarungan ronde kedua kembali dimulai. Menyadari ternyata ibu juga memendam hasrat, kali ini setiap adegan film-film porno yang biasa aku lihat bersama tetangga, kupraktekan. Aku bangkit mengangkangi dada ibu, kuarahkan batang penisku ke mulutnya, mula-mula ia jengah menolak, namun terus kupaksa, sampai akhirnya agak terbatuk-batuk ia telan nyaris seluruh batang kontolku. Aku tak begitu bertindak memaksa khawatir ia akan muntah-muntah lagi. Yang penting sensasi bahwa aku menguasai dirinya menjadi kepuasan tersendiri. Ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, ku susun dua tumpuk bantal di bawah perutnya, sebelum kusetubuhi dari belakang aku melakukan ritual menjilati setiap mili memeknya, membuat ibu kembali merinding dan merintih-rintih. Lalu…,’’jlebb’’…kembali batang kontolku tenggelam dalam liang senggama ibunda isteriku itu. Kali ini ibu tak malu-malu mengeluarkan suara rintihan nikmat. Pantat molek itu mulai berguncang-guncang akibat hentakanku. Tanganku segera meraih gunung kembar yang kini bergantung terayun-ayun.”ouuh…Den…oohhh”, rintih ibu menemani geramanku…tubuh kami kembali berkilauan basah oleh keringat. Ronde kedua ini lebih lama berlangsung…ibu menghujamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara pekikan ketika orgasmenya tiba..bagaimana mungkin wanita sehangat ini bisa ditinggal ayah mertua, pikirku. Capek melakukan doggi style, kembali ku telentangkan tubuh bugil ibu mertuaku itu, pantatnya kembali kuganjal bantal sehingga pinggulnya mendongak, ku pentangkan lebar-lebar selangkangan ibu, dan kulipat lututnya hingga nyaris menyentuh pundaknya…lalu satu tusukan teramat dalam kembali dialami lubang kemaluan kembali mendesah-desah menerima setiap hentakan demi hentakan senjata biologis milikku…dan sekali lagi ia mengalami orgasme dahsyat yang tak dirasakannya bertahun-tahun, mengundang datangnya orgasmeku pula yang sekali lagi menyirami mulut rahimnya dengan cairan benih potensial. Pagi itu hubungan menantu-mertua telah melanggar batas menjadi hubungan terlarang sepasang kekasih yang masing-masing masih terikat perkawinan. Dan persetubuhan itu kembali terjadi hingga aku mengalami 5 kali orgasme,,,ibu mertua? Tak terhitung malah. Menjelang siang aku segera beranjak keluar kamar yang kini beraroma seks itu. Bagaimanapun aku harus mencari nafkah, dari situlah aku bisa membeli susu untuk anakku dan kebutuhan sehari-hari yang biasanya kuserahkan pada ibu menjelang pukul sembilan aku baru pulang. Ibu tengah menonton TV menemani anakku yang tengah bermain. Seutas senyum kecilnya menyambut kehadiranku. “Ibu udah sehat? ini bu, buat belanja besok”, ujarku seraya menyerahkan 3 lembar uang 10 ribuan. “Makasih…ibu udah mendingan kok, Deni makan dulu sana, ibu hanya beli makanan jadi tadi siang, belum masak”, jawabnya. Benar kata orang, sex bisa jadi obat, pikirku seraya menyambar handuk digantungan dan menuju kamar mandi. Usai makan malam, aku bangkit ke ruang tengah. Ibu masih berbaring di depan TV, sementara anakku sudah tertidur di sampingnya. Ku angkat dia dan kubaringkan di ranjang ibu. Di luar kamar, tanpa basa basi lagi kutindih tubuh ibu, ku lolosi daster lusuhnya melewati kepalanya, lalu beha dan celana dalamnya. Bibir kami segera berpagutan. Kuremasi setiap bagian indah lekuk tubuhnya, payudara, pinggul, pantat…sambil mencolokan dua jemariku di vaginanya yang tanpa disuruh sudah diselaputi cairan pelumas. “oohh…Den….aahh…”, bagai kepedasan ibu terus mendesah. “Isap kontolku bu”, ujarku sambil menariknya agar berlutut dihadapanku..sulit dibayangkan kata-kata tak pantas itu bisa keluar dari mulutku terhadap seseorang yang seharusnya aku hormati .”mmmf …mmmf..mff”, ibu mulai mahir melakukan hisapan, jilatan bak pelacur merasakan hangatnya rongga mulut ibu, ganti aku mengunyah, menghisap dan menusuk-nusuk lubang memeknya dengan lidah dan jemariku, pinggul ibu bergerak kesana – kemari dan mulutnya mulai ribut merintih, khawatir didengar tetangga, segera kuarahkan batang penisku ke mulutnya, dalam posisi 69 kami saling mengecap kemaluan masing-masing hingga kami puas. Di atas tikar lusuh itu, ibu dengan sadar membuka lebar-lebar pahanya, membuat celah vaginanya merekah merah dan basah. Dan ia meringis ketika kembali benda terlarang memasuki tubuhnya. “oooh…Den,”…”ibu…ahhhss”, sekian menit kemudian di antara rintihannya, ibu berkata..”den…pindah yuk, punggung ibu sakit kalau di sini”, pintanya, aku mengangguk dan mencabut kemaluanku. Ibu beranjak berdiri hendak berjalan menuju kamar, namun pinggangnya segera kutangkap. Dari belakang kembali kusetubuhi ibu, kutangkap sepasang payudaranya yang montok itu. Sambil kusetubuhi, ku dorong tubuhnya agar berjalan, hingga kami tiba di dalam kamar. Ibu merangkak naik ke atas ranjang tanpa batang kontolku meninggalkan jepitan liang senggamanya. Kembali ku hentak-hentakan pinggulku hingga ranjang tua itu berderit-derit, membuat apa yang diatasnya berguncang-guncang tak terkecuali anakku yang tengah tidur dengan menggigit jari mencegah rintihan keras keluar dari mulutnya. Beberapa lama kemudian kembali kutelentangkan tubuhnya, dengan otomatis ia membuka pahanya…dan “blesss”,,,batang penisku kembali amblas ditelan rongga sempit,basah dan hangat milik ibu. Ku rentangkan tangannya ke atas, kuhirup dalam-dalam aroma asli tubuh wanita setengah baya yang masih sangat sensual itu. Keringat kami kembali saling melebur menjadi satu, deritan ranjang tua itu mengiringi irama bergesekannya dua kelamin dan suara jangkrik di luar. Dan Ibu menyembunyikan wajahnya di dadaku ketika ia dilanda kepuasan bathin hubungan terlarang malam itu. Dan berkali-kali pula cairan spermaku mengisi penuh rongga memek ibu. Malam itu ibu mengalami lebih 6 kali orgasme, sedangkan aku sampai empat kali hingga spermaku nyaris berikutnya hubungan haram itu terus berlangsung. Dan membawa konsekuensi tumbuhnya benih yang kutanam. Untunglah sebelum berkembang leih besar, bapak mertua datang. Walau membuatku begitu cemburu ketika suatu malam ranjang tua kamar ibu kembali berderit, bukan karena ulahku, tapi bapak mertua. Hingga sebulan kemudian bapak mertua kembali dapat obyekan dan meyakini istrinya hamil karena dirinya. Setelah ia pergi, bisa ditebak. Kembali ranjang tua itu berderit-derit akibat persetubuhan aku dan ibu, sampai menjelang anak kami lahir. keluargaistri gua dulunya juga tinggal di. jakarta tapi semenjak ayah mertua gua. meninggal, ibu mertua memilih pulang. kampung. *cerita*nya berawal saat gua harus mengecek. dan mempelajari barang dagangan gua dari. satu kota ke kota lain, karna gua emang type. orang yang suka adventure gua memilih. Peristiwa yang kualami ini memang sulit dipercaya, tetapi itu memang benar terjadi. Aku menikah dengan istriku dalam usia yang relatif masih cukup muda. Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun. Setahun kami telah menikah ketika aku baru selesai di wisuda. Dalam usia yang masih muda kami masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup tinggi. Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu menggebu-gebu. Hampir setiap malam kami selalu “ bertempur”. Pertempuran itu selalu berlangsung sampai 3 babak, sehingga kami kelelahan dan tidur pulas setelah itu. Kami sepakat untuk tidak buru-buru mempunyai anak, agar bebas bermain kapan saja tanpa ada gangguan. Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingung. Meski kami memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kami memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dengan kantorku. Kehidupan privat kami mulai agak terganggu ketika mertua perempuanku memutuskan ikut tinggal bersama kami, setelah suaminya meninggal. Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu urusan rumah tangga kami. Maklum kami berdua sibuk. Aku seharian bekerja sedang istriku sibuk dengan urusan kampusnya. Kami tidak memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya diselesaikan kami berdua. Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga. Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah. Ibu Mertuaku umurnya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih seperti juga istriku. Hanya seperti umumnya wanita setengah umur bodynya agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih kencang, teteknya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku, bokongnya membulat besar dan menonjol. Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun lama-kalamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BH sehingga selain teteknya bergerak mengajun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak di balik bahan kaus yang dia kenakan. Istriku termasuk anak manja dan “anak mami”. Aku bisa maklum karena dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan maminya ketimbang meminta saran dariku. Setelah 3 bulan kami tinggal bersama “mami”, aku mulai merasakan bahwa mami istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dengan handuk dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BH yang kelihatannya kekecilan. Sering dengan pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur menyelesaikan masakan, atau mencuci piring. Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol bersama kami di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat, yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan. Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. Jika mulanya dia melenggang dengan santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BH di seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Ketika kutanya kenapa dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dengan gaya begitu. Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah dulu memang begitu. Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. Istriku sejak SD sampai lulus SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik. Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah kepadaku. Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. Ibu mertuaku kelihatan biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku, pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja. Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dengan membiarkan dadanya terbuka tanpa BH. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat tetek besar mertuaku. Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli. Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok aku memandangi tetek maminya yang bergoyang-goyang ketika berjalan. Kalau kami berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui aku, sampai menghisap penisku di depan ibunya. Anehnya mami santai saja melihat percumbuan kami. Dia tidak mengomentari dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku sebetulnya agak jengah dengan situasi seperti itu, tetapi ini adalah pengalaman baru. Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga otakku jadi agak kurang waras. Jika situasi sudah semakin hot, mami menyarankan kami berdua masuk kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar. Aku tidak ingat ketika dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur. Aku baru terkejut ketika mami berkacak pinggang di pintu melihat kami melakukan persetubuhan. Pada saat ditonton mami, Istri sedang berada diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu konsentrasiku melihat mami menonton. Tapi istriku tidak perduli. “ Gerakannya jangan gitu meis” kata mami kepada istriku Mami mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Mami mengajari agar pinggul istriku bergerak memutar dengan gerakan konstan. Istriku diajari berkali-kali tidak juga paham, dan dia bingung dengan gerakan itu. Mami berkali-kali pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan mami itu jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar biasa. Penisku seperti dipelintir-pelintir. Tapi dia berkali-kali salah karena bingung. Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja. Yang membuatku terbengong-bengong. Mami sudah telanjang naik ke tempat tidur langsung duduk di atas penisku dan ditancapkannya penisku di lubang vaginanya yang sudah licin. Mami langsung melakukan gerakan memutar. Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian mami mengolah gerak membuatku jebol. Tanpa aba-aba kulepas tembakan sperma ke dalam memek mami. Dia terus memeras penisku sampai akhirnya penisku melemas dan keluar dengan sendirinya dari lubang vagina mami. “Yaaaa mami kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain. Mami berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan penis dengan waktu relafit singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. Mami langsung mengulum penisku dengan gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar kepala penisku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Mami merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan memek mami yang terpampang di depan mataku. Dia mengatur posisi nungingmembelakangiku. Melalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar seruputan mulut mami di penisku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan leher penisku di tekan-tekan oleh ujung lidah mami, dan yang lebih memukau lagi memeknya mami digoser-goserkan di mulutku yang sedang menganga keheranan. Tidak sampai 10 menit penisku sudah tegak mengeras. Mami lalu bangkit dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan. Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. Mungkin gerakan itu membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu relatif singkat dia sudah mengerang mencapai orgasmenya. Aku tidak memberi waktu istirahat terlalu lama. Posisi segera aku balik dengan menelentangkan dirinya dan aku langsung menikammemeknya dengan penisku yang sudah mengeras sempurnya. Aku mengenal betul posisi yang disukai istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu. Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 orgasme yang jaraknya dekat-dekat. Mungkin karena lama-lama memeknya terasa ngilu akibat aku genjot terus walau dia orgasme. Dia minta aku menyudahi permainan. Padahal aku masih jauh dari finish. “Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,” kata mami. Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Mami mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku menyadari situasi yang akan terjadi. Mami sudah berada diatas penisku dan dia langsung menyarangkan senjataku ke vaginanya. Mami langsung bergerak aktif dengan pusaran mautnya. Kali ini aku berusaha bertahan untuk tidak cepat jebol. Mami makin bersemangat dan akhirnya dia pun mencapai orgasme dan ambruk di dadaku. Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan mami aku tindih dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang dirasa mami maksimal rangsangannya. Setelah kutemukan posisi itu dengan tanda erangan-erangan mami aku menggenjotnya terus. Mami mencapai lagiorgasmenya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dengan memeluk tubuhku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur penisku dipijat-pijat oleh dinding vagina mami. Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa vagina mami masih cukup ketat mencengkeram batang penisku. Dia mempunyai teknik yang bagus mengolah lubang vaginanya sehingga mengesankan bahwa lubangnya mencengkeram. Aku merasa penisku terus menerus seperti dipijat-pijat oleh dinding vaginanya. Aku hanya mampu memberi mami satu puncak lagi yang datangnya bersama-sama dengan puncakku. Aku mengerang bersamaan dengan mami dan melepas spermaku dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya ke memeknya. Mami kuakui sangat jagoan menservice laki-laki. Meski aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa istriku memberi kesempatan maminya menikmati kontolku. Dia malah tidak terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. Dia tetap menyanyangiku . Buktinya selesai aku menggenjot maminya aku dipeluknya erat-erat sampai kami tertidur. Paginya ketika aku bangun, kudapati kami tidur bertiga dalam keadaan bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun. Kami bangkit bertiga dan bergandengan kami menuju kamar mandi. Bertiga kami mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan dengan handuk. Setelah itu kami tidak lagi mengenakan pakaian sarapan pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah. Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan maminya. Tapi yang lebih aneh istri membiarkan maminya ketika mami inginmenyetubuhiku. Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu ranjang kapan pun waktunya. Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak dan ibu. Aku sempat khawatir, spermaku membuahi rahim mami. Istriku menjelaskan bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi. Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak aneh juga. Anehnya istriku sering menyuruh mami merangsangku, ketika aku sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. Aku sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan mami, sehingga konsentrasiku ke TV buyar.‎
SelesaiSelingkuh Dengan Mertua, Kini Dengan Bu Mila. Selama satu minggu Ibu Mertuaku berada di Jakarta, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami. Apalagi setelah Indri istriku ditugaskan ke Medan selama tiga hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di kerjakan kantor istriku.
Kisah Desah - Perkenalkan dulu namaku Yudi. Sudah satu minggu ini akau berada di rumah sendirian. Istriku, Ririn, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada istri di sisiku. Memang perkimpoian kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun berjalan. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi DominoQQ, BandarQ, Bandar Sakong, Dominobet, Situs Poker Online Terpercaya di IndonesiaAku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertuaku. Ibu mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Ririn telah meninggal dunia. Ayah mertuaku kemudian kimpoi lagi dengan ibu mertuaku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertuaku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertuaku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainanku dengan Ririn. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan perkimpoianku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertuaku waktu itu masih calon berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru ibu mertuaku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali diciumi oleh calon ibu mertuaku yang cantik itu. Cerita DewasaHari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuaku. Pada saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang ibu mertuaku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata, “Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”.Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertuaku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan Ririn istriku, dan juga ayahku mertua yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuaku keluar masuk vagina ibu mertuaku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuaku. Ibu mertuaku juga sayang sama kami, walaupun Ririn adalah anak hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuaku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertuaku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok cium Yudi?”.“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibuku sambil memandangku.“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat Ririn lho Yud…, Nanti kedengaran ayahmu juga bisa geger lho Yud”.“Tapii, sebenarnya kenapa siih bu…, Yudi jadi penasaran lho”.“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Yud, sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa kau ini, masa lihat menantunya sendiri kok blingsatan”.“Mungkin, setannya ya Yudi ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertuanya. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau Yudi lagi sama Ririn, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau Ibu pernah bayangin Yudi nggak kalau lagi sama Bapak”, aku semakin berani.“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama ibu mertuanya. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.“Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Buu, maafin Yudi deeh. Yudi jadi pengiin banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Yudi sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.“Aduuh Yuud, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Yuud.., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Yud…, Yud kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Yud menggir sebentar Yud, ibu pengen cium kamu di sini”, kata ibu dengan suara aku jadi berdebar-debar sekali. Mungkin terpengaruh juga karena aku sudah satu minggu tidak bersetubuh dengan istriku. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan orang. Aku dan ibu mertuaku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.“eehhm…, Yuud ibu kangen banget Yuud”, bisik ibu mertuaku.“Yudi juga buu”, bisikku.“Yuud…, udah dulu Yud…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertuaku.“Buu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu, aku tuntun untuk memegang penisku. DominoQQ“Aduuh Yuud. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan di rumahku, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan penuh kerinduan. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan kami. Aku ciumi ibu mertuaku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut.“Buu, Yudi kangen banget buu…, Yudi kangen banget”.“Aduuh Yuud, ibu juga…, Peluklah ibu Yud, peluklah ibu” nafasnya semakin terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.“Eehhmm.., Yud, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Yud masukkan lidahmu ke mulut ibu”Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, “Yud, bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Aku merasa tidak enak dengan Ririn apabila kami memakai tempat tidur di kamar kami.“Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.“Okey, Yud. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuaku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuaku merengut duduk di tempat tidur, sambil beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan ibu mertuaku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku memandangku dengan tanpa berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu mertuaku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya sampai pahanya yang remas lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan. Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu mertuaku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina ibu mertuaku. Cerita Mesum“Buu, aku kaangen banget buu…, Yudi kanget banget…, Yudi anak nakal buu..”, bisikku.“Yuud…, ibu juga. sshh…, masukin Yuud…, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget Yuud, Yuudm…”, bisik ibuku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuaku bertelakn pada siku dan kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali.“Masukkan separo saja Yud. Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Buu, Yudi masuk semua, masuk semua buu”“Iyaa Yuud, enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertuaku, mencoblos vagina ibu mertuaku yang licin, yang tebal, yang sempit karena sudah kontraksi mau puncak. Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.“Buu Yudi mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.“ssh…, hiiya Yuud, keluariin Yuud, keluarin”.“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Yuudm, Yudm, Teruss Yuudm”, Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertuaku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir terputus semakin angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertuaku.“Biar di dalam dulu Yuud…, Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertuaku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibunya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi Yuud…, ibu nikmat banget, marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.“Buu, Yudi juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas Yuud.., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku. LaguQQ“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.“Tapi buu, Yudi rasanya emoh pisah sama ibu”.“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.
StimMelayu- Aku Dan Mertua Ku | Melayu Cerita Lucah ,Cerita Lucah ,Gambar Bogel, Awek Melayu Bogel, Gambar lucah, Video Lucah, Klip Lucah, 3gp Lucah, Buku Lucah, Novel Lucah, Awek Cun Comel, Selfie Bogel, Makcik Minah Tudung, Skodeng. Kisah ini berlaku pada diriku bermula 2 tahun dahulu dan telah berterusan sehingga kini. Aku tidak minta
CERITA DEWASA - Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Dea, dia seorang model iklan dan 6 bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa kini 32 tahun, sedangkan Dea 21 tahun. Dea seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Dea, mertuaku, sebut saja Mama Ratih, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39-tahun. Mama Ratih merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Ratih bersibuk diri dengan berjualan tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sendiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di mertua. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Ratih juga sibuk, kami jadi jarang berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Ratih jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.“Eh, Ma.. belum tidur…”“Belum, Tom… saya takut tidur kalau di rumah belum adaorang…”“Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat…”“Dea… pulangnya kapan?”“Ya… kira-kira hari Rabu, Ma… Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu…”“Oke… Tom, selamat tidur…”Kutinggal Mama Ratih yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Ratih sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.“Selamat Pagi, Tom…”“Pagi… Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”“Kamu hari ini mau kemana Tom?”“Tidak kemana-mana, Ma… paling cuci mobil…”“Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”“Oke.. Ma…”Cerita Sex Mertuaku Yang Cantik Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam sampai jam malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Dea makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.“Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach… habis pegal banget nih…”“Dimana Ma?”“Sini.. Leher dan punggung Mama…”Aku lalu berdiri sementara Mama Ratih duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Ratih tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.“Maaf, Ma… punggung Mama juga dipijat…”“Iya… di situ juga pegal…”Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Ratih juga sudah mulai terangsang.“Tom, Mama kesepian… Mama membutuhkanmu…” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Ratih yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas tertegun, rupanya tubuh Mama Ratih lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.“Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian…”“iya… iya.. iya Mah,”Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Ratih menggoyangkan tubuhnya karena yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Ratih kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin Sex Mertuaku Yang Cantik Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Ratih melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Ratih lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Ratih yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.“Tom, ayo… puasin Mama…”“Ma… tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Dea…”“Ah… masa sih..”“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi…”“Ah.. kamu bisa aja…”“Iya.. Ma.. bener deh..”“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang…”“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama…”Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.“Tom, batangmu besar sekali, pasti Dea puas yach.”“Ah.. nggak. Dea.. biasa aja Ma…”“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach…”“Ok… Mah…”Mulut mungil Mama Ratih sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Ratih mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Ratih menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Ratih yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang itu Mama Ratih duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Ratih terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.”“Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Dea dari punya Mama.”“Jelas lebih wangi punya mama dong…”“Aaakkhh…”Vagina Mama Ratih telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Ratih, vagina Mama Ratih rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.“Ma, vagina… Mama sedap sekali.. rasanya segar…”“Iyaaaah… Tom, terus… Tom… Mama baru kali ini vaginanya dijilatin… ohhh.. terus… sayang…”Cerita Sex Mertuaku Yang Cantik Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Ratih menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan.“Ahh… ahh.. oghh oghh… awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom… agh, eena… enakkkhh.. aahh… trus.. trus…”Klitoris Mama Ratih yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Ratih sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Ratih.“Ahg… agh… Tom… argh… akh.. akhu… keluar.. nih… ka.. kamu.. hebat dech…” Mama Ratih langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Ratih, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Ratih yang sudah kering dari Ratih melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Ratih terasa sempit, aku pun keheranan.“Ma… vagina Mama koq sempit yach… kayak vagina anak gadis.”“Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach…”“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Dea sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?”“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk…”“Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaaap ini…”“Akhhhh… batangmu besar sekali…”Vagina Mama Ratih sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Ratih yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Ratih hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya.“Tom.. nggehhh.. ngghhh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agggghhh.. agghhh.. aahhh.. eenaakkhh…” Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Ratih terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke Sex Mertuaku Yang Cantik Payudara Mama Ratih yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Ratih belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Ratih berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket. “Arrrgghhhh.. argghhh.. aakkkhh.. Mama… keluar nich Tom… kamu belum yach..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Ratih, sedangkan dia sudah lemas tak vagina Mama Ratih berkali-kali sementara Mama Ratih yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Ratih meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Ratih hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.“Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali…” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Ratih yang sudah lemas lebih dan Mama terbangun sekitar jam malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Ratih, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Ratih memelukku dan mencium pipiku.“Tom, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi batangmu yach, boleh khan…”“Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Dea nggak pulang.”“Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Dea pergi?”“Iya Ma, vagina Mama nikmat sih.”“Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”“Kita Main lagi Ma…?”“Iya boleh…”Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang. POKER ONLINE L0B2.
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/326
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/291
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/145
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/264
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/362
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/314
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/231
  • 1x4wfhfn9w.pages.dev/578
  • cerita dewasa dengan ibu mertua